Karyaku



Cinta di Ujung Sajadah

Judul Buku           : Cinta di Ujung Sajadah                                                               
Pengarang            : Asma Nadia
Penerbit               : PT. Lingkar Pena Kreativa
Tahun Terbit         : Agustus 2008
Cetakan               : Ke 1
Tebal Halaman     : 360 hlm

Sinopsis Novel “Cinta di Ujung Sajadah”

                Pencarian seorang anak akan ibu kandung yang melahirkannya dengan begitu berat disertai cobaan dan rintangan yang begitu menghalangi langkahnya karena selama belasan tahun ia tidak mengetahui wajah ibunya, karena Ayah denagn sempurna melenyapkan setiap jejak perempuan terkasih itu. Belasan tahun yang ia ketahui bahwa ia hidup sebagai piatu. Saat Ayah menikah dengan Mama Alia, dan membawa dua saudara tiri, Cinta semakin tersisih.
                Kehidupan tidak harmonis selalu terjadi dalam rumah yang berisi saudara tiri, Ayahnya lebih berpihak kepada ibu dan saudara tirinya. Sedangkan, apapun yang dilakukan Cinta selalu dipandang salah dan kurang berkenan di mata saudara tirinya. Hanya mbok Nah pembantu rumah tangga yang tinggal sejak Cinta lahir di rumah itulah yang peduli dan sangat menyanyaingi Cinta. Dengan kasih sayang mbok Nah, Cinta merasa seperti adanya seorang ibu yang berada disisinya selama belasan tahun ini.
                Walupun dalam hidupnya Cinta selalu dicaci maki oleh Mama Alia dan Kedua saudara tirinya, tapi Cinta tidak merasa tersingkirkan. Dia punya banyak sahabat yang sangat peduli, humoris, baik dan sangat menyayaingi Cinta. Mereka adalah Neta, Aisyah, Peter, Iwan, Sinyo, dan Mirna. Mereka bagaikan sahabat yang tidak akan pernah terpisahkan.
                Dalam perjalananya, dikehidupan yang nyaris membosankan bagi Cinta, dia bertemu dengan Makky Matahari Muhammad tetangga barunya, seorang lelaki yang humoris namun santun. Dia mengenalkan Cinta pada dunia fotografi yang membuatnya bahagia. Makky selalu ingat pesan almarhum Ayanhnya “Seburuk apapun yang kamu lakukan, ingatlah kau menyandang nama Muhammad”. Nasehat inilah yang telah menjaga lelaki itu untuk tidak menempuh jalan maksiat seumur hidupnya.
                Hingga pada saat menjelang ulang tahunnya yang ke 17, Cinta mengambil keputusan besar untuk berhijrah. Merubah penampilannya lebih baik dan menjalankan perintah Allah untuk menutup aurat. Dia sudah mempersiapkan mental dan materinya. Itu rencana indah Cinta di hari ulang tahunnya dan akhirnya terlaksana, namun ada surprise lain. Untuk membongkar rahasia itu, dia harus melakukan perjalanan panjang, dan berpisah sesaat dengan lelaki yang sudah mengisi hidupnya.
                Selama berhari-hari ia menempuh perjalanan panjang hanya seorang diri tidak ada yang tahu bahwa Cinta telah pergi dari rumah kecuali Ayah, beserta Mama Alia dan kedua saudara tirinya. Sahabat karibnya yaitu Neta dan Aisyah tidak mengetahui hal itu. Bahkan Makky, lelaki humoris dan santun yang selalu menemani Cinta juga tidak tahu dimana keberadaan Cinta. Begitu berat perjalanan selama dia mencari jejak itu. Akan tetapi Cinta selalu tetap tabah, sabar dan bersyukur akan nikmat dan karunia yang senantisa diberikan oleh Allah  yang menuntun dia selama perjalanan panjang ini. Disaat Cinta mulai menemui jalan buntu, Cinta berjuang mencari kekuatan dalam sujud-sujud panjang. Menelusuri jejak surga yang dirindukan.
                Ketika setitik langkah dan harapan yang harus ia tempuh demi menuntaskan teka-teki ini, ia teringat dengan sahabat-sahabatnya yang senantiasa selalu ada disaat suka maupun duka. Ia segera menelpon sahabatnya dan juga Makky tentang keberadaannya saat itu. Pada saat itu juga Makky beserta kedua sahabat karibnya yaitu Neta dan Aisyah datang ke tempat Cinta berada. Mereka dan Cinta segera menuju tempat titik terakhir dimana ia akan membongkar semua teka-teki itu. Dan akhirnya alhamdulillah, Cinta menemukan seorang ibu yang sangat dia rindukan selama belasan tahun ini. Dengan segera ia memeluk wanita yang telah hilang dikehidupannya selama ini. Dan bersyukur kepada Allah SWT. Dan pada akhirnya ia menikah dengan Makky Matahari Muhammad dan tiba saatnya senja di Madinah.
Novel ini merupakan revisi dari salah atau novel lamanya yang berjudul “Ada Rindu di Mata Peri”. Novel ini berisi cerita yang banyak mengandung pesan moral yang sangat bagus dan memiliki unsur keislaman. Penulisan sudah memenuhi kaidah EYD dan gaya bahasa yang digunakan sangat mudah dimengerti oleh banyak orang. Isi cerita lebih mengarah kepada hal-hal positif. Isi cerita sesuai dengan tema yaitu perjuangan seorang anak mencari ibu kandung yang melahirkannya. Latar tempat dan suasananya juga mendukung novel ini, yaitu memberikan rasa ilusinasi seakan-akan kita berada pada peristiwa tersebut. Perwatakan dan penokohannya sudah jelas terlihat dari berbagai karakter yang ditampilkan.
                Namun, ada satu kekurangan dari novel ini yaitu isi dari isi cerita lebih banyak permasalahan atau konflik yang terjadi dari pada penyelesaian masalahnya. Dan dalam kisah ini tidak berakhir happy ending, sehingga pembaca cukup menguras air mata setelah membaca novel ini.
                Novel ini sangatlah bagus untuk dibaca, mengingatkan kita pada seorang gadis bermata indah bagaikan mata peri dan kearifan budinya yang sangat baik. Belasan tahun ia dihadapkan pada rahasia besar yang disembunyikan oleh Ayahnya. Ketika seluruh harapan menemui jalan buntu, Cinta berjuang mencari kekuatan dalam sujud-sujud panjang. Hingga akhirnya dia dapat menyelesaikan perjuangannya kepada titik kebahagiaan dimana ia menemukan seorang ibu yang ia rindukan selama ini. Dan pada akhirnya ia menikah dengan Makky Matahari Muhammad dan tiba saatnya senja di Madinah.
                 Novel ini sangat bermanfaat bagi pembaca. Banyak pesan moral yang dapat kita ambil dari isi cerita novel ini yaitu jika kita mendapatkan masalah, kita tidak boleh putus asa. Justru kita harus tetap berjuang mencari kekuatan dengan senantiasa selalu mengingat Allah SWT. Selain itu, kita juga harus senantiasa sabar, tabah dan tidak memiliki rasa dendam dan amarah. Seperti saat Cinta hidup bersama ibu tiri dan kedua saudara tirinya. Ia selalu sabar menerima caci dan maki dari saudara tirinya. Kita dapat memetik banyak teladan baik dari sifat-sifat Cinta, maupun arti sebuah cinta seorang anak terhadap ibunya. Membuat kita menyadari bahwa cinta seorang ibu itu sangatlah tulus.


               
                                                                                    Resensator   : Syntha Mustika Yasri Dewi
                                                                                         Kelas             : XI IPA 4


Tidak ada komentar:

Posting Komentar